watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

PENGALAMAN DENGAN SIMPANAN MAMA

Mamaku itu memang hebat. Di usianya yang
sudah kepala lima dia masih tetap cantik dan
sexy. Di pekerjaanpun ia tetap paten. Karirnya
melesat terus. Jabatannya kini sudah wakil
direktur di perusahaan tempatnya bekerja.
Karena hidup dengan Mama sejahtera, maka aku
memilih untuk tinggal bersamanya sejak ia
bercerai dengan Papaku setahun yang lalu.
Papaku yang cuma bekerja sebagai pegawai
rendahan, mana bisa memenuhi kebutuhanku
yang doyan hura-hura. Jangankan
membelikanku mobil, sepeda motor aja Papa
enggak bisa. Dua orang adikku juga memilih
tinggal bersama Mama. Sama sepertiku, mereka
juga doyan hura-hura. Ngabisin duit Mama yang
aku enggak tahu gimana caranya, selalu saja
ada. Apa yang kami minta selalu bisa
dipenuhinya.
Namaku Tomi. Semester enam fakultas ekonomi
di sebuah perguruan tinggi swasta yang beken
di Jakarta. Adikku Mimi. Juga kuliah di fakultas
ekonomi satu kampus denganku. Tapi dia masih
duduk di semester dua. Adikku yang paling kecil,
Toni. Dia masih kelas tiga SMU.
Dari kecil selalu hidup bergelimang harta, dari
penghasilan Mamaku, membuat kehidupan
glamour sangat melekat pada diri kami. Masing-
masing kami dibelikan Mama mobil sebagai alat
transportasi. Uang jajan tak pernah kurang.
Karena itu aku dan adik-adikku tak pernah protes
dengan apapun yang dikerjakan oleh Mamaku.
Aku dan adik-adikku selalu kompak membela
Mama. Termasuk saat bercerai dengan Papa.
Padahal sebab perceraian kedua orangtuaku itu
adalah jelas-jelas karena kesalahan Mama. Papa
menangkap basah Mama sedang pesta sex
dengan tiga orang gigolo muda di hotel!
Meski begitu, aku dan adik-adikku tetap aja
kompak membela Mama. Soalnya belain Papa
juga enggak ada untungnya. Lagian kelakuanku
dan adik-adikku juga enggak beda-beda amat
sama Mama. Aku dan Toni pernah bawa perek
ke rumah. Si Mimi tahu tentang hal itu dan dia
sih santai-santai aja. Soalnya dia juga sering
bawa cowok ganteng ke kamarnya.
Setelah bercerai, rumah kami yang megah jadi
seperti rumah bordil aja deh. Mama, aku, Mimi,
dan Toni, rutin bawa partner sex kemari. Karena
kami sama gilanya, jadi asyik. Kalau waktu ada
Papa enggak asyik. Papa suka rese. Meski tak
bisa memarahi kelakukan binal anak-anaknya,
tapi Papa suka ngomel atau ngasih nasehat. Huh,
menyebalkan aja Papaku itu.
Dari banyak cowok, si Willy yang paling sering
dibawa Mama ke rumah. Dia tuh, kayak suami
baru Mama aja jadinya. Hampir tiap hari dia ada
di rumah. Paling kalau Mama lagi bosen dan
ingin cari variasi pasangan lain, barulah dia
ngibrit dari rumahku, balik ke kostnya.
Karena seringnya si Willy di rumah, aku dan
adik-adikku jadi akrab dengan dia. Apalagi
usianya enggak jauh dariku. Dia juga masih
kuliah. Umurnya hanya lebih tua dua tahun
dariku. Obrolan kami nyambung. Tentang apa
saja. Otomotif, sport, musik, dan pasti ngesex.
Hehe. Bisa dibilang, si Willy ini piaraan Mama.
Segala biaya hidupnya, Mamaku yang
nanggung.
Si Mimi paling senang dengan keberadaan Willy
di rumah. Piaraan Mama itu dimanfaatinnya juga
buat muasin nafsunya yang binal.
“Habisnya si Willy itu ganteng banget sih.
Macho. Mana bodinya oke banget lagi. Belum lagi
kontolnya. Gede banget Tom. Ngesexnya gila-
gilaan. Pantes aja Mama paling demen ama dia
dibandingin ama gigolonya yang lain,” kata Mimi
padaku suatu hari. Dasar nakal. Dasar maniak
tuh si Mimi.
Mendengar cerita si Mimi tentang kontolnya si
Willy membuatku penasaran juga. Eits. Jangan
salah sangka dulu men. Aku bukan gay. Jelas-
jelas aku cowok straight. Cuman, dengar ukuran
kontol orang sampai 28 sentimeter kan jelas
bikin penasaran. Jangankan aku, cowok lain pasti
juga penasaran. Gila aja kontol bisa segede itu!
Selama ini kupikir kontolku sudah paling gede.
Panjangnya sekitar delapan belas senti. Susah-
susah lho, cari kontol sepanjang punyaku ini di
Indonesia. Ternyata punya si Willy malah lebih
gila. sampai 28 senti men, selisih sepuluh senti
dari punyaku. Ambil penggarisan deh, liat dari
titik 0 senti sampai 28 senti, panjang banget kan
ukuran segitu.
Meski penasaran, enggak mungkin kan aku
permisi ke dia buat liat kontolnya. Gila aja.
enggak usah ya. Pernah kepikiran buatku untuk
ngintip dia saat ngentot dengan Mamaku atau si
Mimi. Tapi males ah. Ngapain juga ngeliat
saudara kandung sendiri ngentot. enggak ada
seru-serunya. Entar aku jadi incest lagi. Bikin
berabe aja.
Namun, yang namanya rezeki memang enggak
kemana. Waktu itu malem hari. Hampir dini hari
malah. Aku baru pulang. Biasalah, ngabis-
ngabisin duit Mama. Semua orang sudah tidur
kayaknya. Kerongkonganku rasanya kering
banget. Haus. Aku langsung ke dapur, ingin
ngambil minuman dari lemari es.
Pas aku nyampe di dapur aku terkesima. Kulihat
Mama sedang berbaring telentang di atas meja
makan kami. Pakaian atasannya terbuka
memamerkan buah dadanya yang masih
kencang dan besar. Sementara bagian bawah
tubuhnya tak menggenakan penutup apa-apa.
Sekitar memeknya yang penuh jembut lebat
kulihat belepotan cairan putih kental sampai ke
perutnya. Banyak banget. Mama tak sadar
dengan kehadiranku, karena saat itu ia sedang
memejamkan matanya sambil mendesah-
desah.
“Ngg.. Enak banget Will,” katanya dengan suara
mendesis. Rupanya dia baru aja dientot sama si
Willy di atas meja makan itu.
Aku segera mengalihkan tatapanku dari tubuh
Mamaku yang mengangkang itu. Entah kenapa,
kok aku rasakan aku kayaknya terangsang. Bisa
berabe nih. Pandanganku kualihkan ke lemari es.
Saat menatap ke arah sana aku kembali kaget.
Disana berdiri si Willy. Dia tak menggenakan
pakaian apapun menutupi tubuhnya. Badannya
yang tinggi dan kekar berotot itu polos. Dia
sedang menenggak coca cola dari botol.
Mataku langsung menatap ke arah kontolnya.
Gila men. Si Mimi enggak bohong. Di
selangkangannya kulihat sebatang kontol dengan
ukuran luar biasa. Sedang mengacung tegak ke
atas mengkilap karena belepotan spermanya
sendiri kayaknya. Batangnya gemuk, segemuk
botol coca cola yang sedang dipegangnya.
Panjang banget. Kepala kontolnya yang
kemerahan seperti jamur melewati pusarnya.
Batang gemuk itu penuh urat-urat. Aku sampai
melotot melihatnya. Kupandangi kontol itu
dengan teliti. Ck.. Ck.. Ck.. Sadis.
“Baru pulang Tom?” kata Willy menegurku.
Ia sudah menyadari kehadiranku rupanya. Aku
segera menolehkan pandanganku dari
kontolnya. Gawat kalau ia tahu aku sedang serius
mengamati detil kontolnya itu.
“He eh. Iya,” sahutku sambil mengangguk.
Untung saja lampu di dapur itu bernyala redup.
kalau terang benderang, pasti Willy bisa
mengetahui kalau wajahku sedang bersemu
merah saat itu. Malu.
Mamaku yang sedang berbaring lemas diatas
meja makan tiba-tiba melompat bangun. Ia
sibuk mencari-cari roknya untuk menutupi
bagian bawah tubuhnya yang terbuka.
“Eh, Tomi. sudah lama kau datang?” kata Mama
dengan ekspresi malu.
“Baru aja ma,” sahutku.
Aku beraksi seperti tidak terjadi apa-apa disitu.
Segera kuambil minuman dingin dari lemari es.
Tubuh Willy yang berkeringat tepat
disampingku. Saat mataku melirik ke arah dalam
lemari es, mencari minuman, kusempatkan
untuk melirik sekali lagi ke arah batang kontol
Willy. Kali ini aku bisa melihatnya lebih jelas.
Karena ada bantuan penerangan dari lampu
lemari es. Gila! Bagus banget bentuk kontolnya,
pikirku.
Setelah mendpatkan minuman dingin, aku
segera meninggalkan dapur. Tinggallah Mamaku
dan Willy disana. Aku tak tahu apakah mereka
masih melanjutkan lagi permainan cabul mereka
atau tidak. Yang pasti sepanjang jalan menuju
kamarku, pikiranku dipenuhi dengan kontol si
Willy yang luar biasa itu.
“Gila! Gila!” rutukku dalam hati.
Kok aku bisa mikirin kontol punya cowok lain
sih? Ada apa denganku ini? Rasanya malam itu
aku susah untuk tidur. Setelah membalik-
balikkan badan beratus kali di atas ranjangku
yang empuk, barulah aku bisa tertidur. Itupun
setelah jarum jam menunjukkan pukul empat
pagi. Sebentar lagi pagi menjelang.
Berjumpa dengan Willy keesokan harinya aku
jadi rada-rada grogi. Entah kenapa. Mataku jadi
suka mencuri pandang ke arah
selangkangannya. Aku jadi menyadari, kalau
ternyata saat selangkangannya ditutupi celana
seperti itu, ukuran tonjolan diselangkangan itu,
memang beda dengan punyaku. Jauh lebih
menonjol kayaknya. Gila! Gila! Rutukku lagi dalam
hati. Kok aku jadi mikirin itu aja sih?!
Si Willy sih enggak ada perubahan. Ia tetap cuek
aja seperti biasanya. Ia tak merasa ada yang
aneh dengan kejadian semalam. Sepertinya ia tak
perduli kalao aku memergokinya telanjang bulat
bersama Mamaku. Kayaknya, buatnya itu hal
yang lumrah saja. Dasar gigolo profesional dia.
Sebulan berlalu. Dan selama rentang waktu itu,
aku jadi pengamat selangkangan Willy jadinya.
Entah kenapa, aku selalu berharap akan punya
kesempatan lagi untuk ngelihat perkakas gigolo
itu. Tapi tak juga pernah kesampaian. Sampai
suatu hari.
Aku ingin berenang pagi-pagi di kolam renang
yang ada di halaman belakang rumahku. Ketika
aku sampai di kolam renang mataku langsung
menangkap sebuah tontonan cabul. Si Mimi
sedang ngentot dengan Willy. Dasar nekat si
Mimi. Padahal Mama kan masih ada di kamarnya
pagi-pagi begini.
Adikku yang cantik dan sexy itu sedang
nungging di tepi kolam renang. Dibelakangnya
Willy asyik menggenjot kontolnya dalam lobang
vagina adikku itu. Genjotannya liar dan keras.
Menghentak-hentak. Tubuh si Mimi sampai
terdorong-dorong ke depan karena hentakan itu.
Kelihatannya si Mimi keenakan banget. Bibir
bawahnya digigit-gigitnya dengan giginya. Ia
menggelinjang-gelinjang sambil merem melek
menikmati hajaran kontol Willy yang luar biasa
itu di memeknya.
Aku terangsang hebat. Celana renang segitiga
yang kukenakan, tak lagi bisa menampung
kontolku yang membengkak. Aku tak tahu. Aku
terangsang karena apa? Apakah karena melihat
persetubuhan mereka, atau karena serius
mengamati kontol besar Willy yang keluar
masuk vagina si Mimi itu. Entahlah.
Tanganku langsung mengocok batang kontolku
yang sudah kukeluarkan dari celana renangku.
Kukocok sekuat tenaga. Cepat. Aku ingin segera
menumpahkan spermaku.
“Eh, Tom. Ngapain luh?” tiba-tiba kudengar suara
Mimi menegurku.
Mataku yang sedang merem melek langsung
menatapnya. Kulihat ia menolehkan wajahnya
yang cantik memandangku yang sedang berdiri
mengangang sambil ngocok. Willy tersenyum
memandangku. Mereka tak menghentikan
permainan mereka.
“memang lo enggak bisa liat, gue lagi ngapain,”
jawabku cuek. Willy tertawa kecil mendengar
jawabanku.
“Gila lo,” kata Mimi. Setelah itu ia kembali asyik
menikmati genjotan Willy.
Akhirnya akupun orgasme sambil memandangi
Mimi dan Willy yang terus bercinta. Tak lama
setelah itu si Willy yang orgasme di mulut Mimi.
Sebelum spermanya sempat mencelat dari
lobang kencingnya, Willy menyempatkan
menyabut kontolnya yang gemuk dan panjang
itu dari vagina Mimi. Lalu disuruhnya Mimi
membuka mulutnya lebar-lebar menyambut
tumpahan sperma Willy yang deras. Aku benar-
benar terbius birahi melihat detik-detik Willy
menumpahkan spermanya di mulut adikku itu.
Entah kenapa nafsuku terasa menggelegak
melihat kontol itu menyemburkan spermanya
yang deras berulang-ulang. Kupelototi setiap
detik orgasme Willy itu tanpa berkedip sama
sekali. Aku tak ingin kehilangan momen yang
indah itu sedetikpun.
“Gila lo. Adik sendiri ngentot ditonton,” kata Mimi
padaku.
Saat itu kami bertiga berbaring di tepi kolam
renang kelelahan. Kalau orang melihat kami saat
itu, mereka tidak mengetahui kalau kami baru
saja orgasme tadi. Yang melihat pasti hanya
mengira kami sedang berjemur menikmati
cahaya matahari di tepi kolam renang.
“Habisnya elo berdua sama gilanya sih. Masak
pagi-pagi ngentot disini. Ketahuan Mama
gimana?” sahutku.
“Cuek. Mama enggak bakalan bangun. Sebelum
ngentotin gua, Mama habis dihajar sama si
Willy. Jadi Mama pasti sedang ngorok
kecapaian,” jawab Mimi yakin.
“Benar Wil?” tanyaku.
“Yap,” sahut Willy singkat.
Dasar si Willy. Habis ngentot dengan Mama,
masih sanggup ngentoti si Mimi sebinal tadi.
Benar-benar profesional nih cowok, pikirku. Itu
pengalaman keduaku melihat kontol si Willy.


Adult | GO HOME | Exit
1/1399
U-ON

inc Powered by Xtgem.com